Kamis, 07 Januari 2010

LONG LIFE EDUCATION

Kita dengar, kita lihat dan kita perhatikan, dunia pendidikan adalah dunia yang sarat dengan dana alias biaya. Biaya sekolah bukanlah biaya yang murah, apalagi di zaman sekarang yang serba mahal. Kemahalan biaya ini dimulai dari biaya masuk sekolah, perlengkapan sekolah plus peralatannya, dan lebih riskan lagi adanya biaya SPP, BP3 atau uang gedung maupun uang kursi. Sementara Pemerintah hanya menganggarkan dana pendidikan yang sangat minim, yaitu sebesar 20 persen dari total APBN/APBD sesuai dengan amanat UUD 1945 dan UU No. 20/2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional. Apa yang bisa dilakukan oleh masyarakat berpenghasilan pas–pasan ??? Yang hidupnya hanya pas untuk makan, pas untuk kontrak rumah, dengan jumlah anak lebih dari program KB?

Boleh dikata, soal dana dapat menjadi persoalan utama dalam pendidikan di Negara kita. Dana yang dianggarkan Pemerintah minim, semen-tara biaya pendidikan sangat mahal. Hal ini bisa berpengaruh pula pada mutu pendidikan, dan akibat menyedihkan yang ditimbulkannya membuat masya-rakat di bawah garis kemiskinan tidak mampu membiayai pendidikan anak- anaknya. Kondisi ini semakin menambah keterpurukan bagi masyarakat miskin, kebodohan semakin dalam, karena tidak bisa memberi pendidikan pada anak– anak mereka secara layak. Memang, ada program Pemerintah yang kita kenal dengan Wajar atau Wajib Belajar, tetapi kenyataannya banyak anak–anak kita, terutama di desa yang belum tuntas menerima program tersebut. Akibatnya banyak yang terlantar dan putus sekolah karena ketidakmampuan orang tua mereka.

Salah satu cara yang dilakukan oleh pemerintah dalam mengatasi keadaan tersebut, adalah melalui pemberian pelayanan sosial, dan dimana hal ini selaras dengan Undang-Undang Dasar 1945, melalui Departemen Sosial Republik Indonesia, terdapat Unit Pelaksana Teknis (UPT ) yaitu Panti Sosial Bina Remaja, yang memberikan pelayanan sosial berupa bimbingan sosial sekaligus bimbingan keterampilan bagi anak–anak terlantar dan putus sekolah. Adapun bimbingan sosial yang diberikan berupa etika sosial, wira usaha, pendidikan mental keaga-maan dan dinamika sosial. Sedangkan bimbingan keterampilan ada lima jurusan yang bisa disesuaikan dengan bakat dan minat penerima program pelayanan (Klien), misalnya : otomotif, teknik pendingin (AC), Las, Menjahit dan Tata Rias (Salon), dan beberapa keterangan lain yang disesuaikan dengan kondisi daerah dan peluang di dunia kerja di daerah masing–masing. Panti Sosial Bina Remaja yang berada di bawah naungan Departemen Sosial Republik Indonesia terdapat di Rumbai, Pekanbaru-Riau, Bambu Apus-Jakarta dan Naibonat, Kupang-NTT. Disamping itu, di tiap daerah biasanya juga terdapat beberapa panti sosial sejenis sebagai Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) di bawah naungan Dinas Sosial Propinsi.

Bimbingan Sosial dan Bimbingan Keterampilan yang diberikan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan penerima program pelayanan yang ditujukan kepada kemandirian mereka dalam kehidupan di masyarakat agar dapat menjalankan fungsi sosialnya secara wajar. Kegiatan bimbingan sosial dan bimbingan keterampilan tersebut dila-kukan oleh tenaga Pekerja Sosial dan tenaga instruktur dengan SDM yang sudah mendapat sertifikasi sesuai dengan pendidikan dan pengalaman mereka. Dengan tanpa dipungut biaya sedikitpun, Bimbingan Sosial dan Bimbingan Keterampilan berupa pelayanan sosial ber-mutu yang diberikan, diharapkan dapat membantu mengurangi pengangguran dan dapat meningkatkan pandangan serta taraf hidup mereka.

Bimbingan Sosial dan Bimbingan Keterampilan bersifat fisik dan mental diberikan dengan tujuan agar penerima program pelayanan menjadi anak yang bertaqwa, bermoral, berkarya, berpen-dirian dan mandiri dalam segala hal. Bimbingan Sosial dan Bimbingan Kete-rampilan yang diberikan dikondisikan da-lam suasana dan proses yang menye-nangkan, merangsang dan menantang peserta penerima program pelayanan (K lien) untuk mengembangkan diri secara optimal sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya. Diharapkan, walaupun dengan pendidikan yang minim dan latar belakang kehidupan yang kurang mampu secara ekonomi mereka mempunyai kemampuan dan keterampilan untuk siap bersaing di dunia usaha (kerja).

Pelayanan sosial melalui pemberian bimbingan sosial dan bimbingan keterampilan di Panti Sosial Bina Remaja, me-rupakan salah satu alternatif yang dapat di lakukan untuk mengatasi kompleksitas masalah sosial termasuk masalah pela-yanan sosial bagi anak terlantar dan putus sekolah. Krisis ekonomi global membuat pemerintah kesulitan dalam peng-alokasian anggaran sosial lainnya sebagai dampak dari bencana alam dan musibah yang menimpa negeri ini yang membuat pemerintah harus mengencangkan ikat pinggang akan anggaran tetapi harus tetap memberikan perhatiannya. Walaupun demikian, diharapkan perhatian khusus pemerintah dalam pengentasan masalah sosial tetap dipertahankan dan ditingkatkan. Khusus dalam peningkatan alokasi anggaran bagi Panti Sosial Bina Remaja. Sehingga, semakin banyak anak– anak putus sekolah dan terlantar dapat dibantu dan diupayakan untuk lebih mandiri. Diharapkan anak anak yang merupakan generasi harapan bangsa dapat tetap terjaga, terdidik, terbina dan berkembang menjadi anak anak generasi penerus perjuangan bangsa dalam mengisi pembangunan menuju masyarakat Indonesia yang adil, makmur dan sejahtera, baik lahir maupun batin.



Ditulis by : Lisdawati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar